Malam Kelabu: Ketika Alam Mengamuk di Tanah Sumatera

Sumatera,(JD) – Malam hari yang tenang dan nyaman, hanya terdengar suara – suara makhluk hidup penjaga malam saling bersaut-sautan malam hari yang sunyi.

Cuaca ekstrim disertai angin kencang bulan Desember 2025, menjadi faktor pemicu terjadinya gejolak alam tidak baik-baik saja yang memunculkan tragedi banjir, dan tanah longsor terdahsyat di ujung tahun ini.

Warga penduduk di wilayah Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Aceh di daerah tertentu. Sebelum terkena dampak banjir disertai tanah longsor sedang enak dan bermimpi saat terlelap tidur.

Adanya banjir dan tanah longsor yang beroperasi begitu fatal, dikarenakan gejala stroke ringan dari pergeseran tanah dalam perut bumi. Gejala alam terjadi banjir dan tanah longsor yang diduga akibat tangan-tangan jahil serta usil pada kelestarian hutan.

Diduga banyak hutan sebagai penghijauan di lereng-lereng bukit dan gunung yang gundul, ditebang oleh ulah manusia yang serakah dan memperkaya diri.

Bukan hanya infrastruktur jalan, dan jembatan tidak luput dari terjangan banjir yang disertai tanah longsor, bahkan rumah-rumah penduduk, tempat Ibadah, sekolah, kantor – kantor pemerintah (Kelurahan/Desa, dan Kecamatan-red), serta sarana prasarana lainnya yang juga ikut tersapu air besar.

Rombongan air besar (Banjir-red) yang terus mengalir kala itu (Selasa, 02/12/2025), menjadi tumpukan puing-puing sampah yang membawa apa saja yang dilintasi, dan ikut bersama memeriahkan momen tersebut.

Fakta dilokasi, rombongan puing-puing sampah yang ikut terbawa, lebih banyak kayu gelondongan atau batang-batang kayu utuh yang terlihat terbawa banjir. (Data informasi semua media online, BPBD, dan BNPB-red).

Korban berjatuhan yang begitu banyak, rumah-rumah warga penduduk yang hancur, keluarga dan sanak saudara yang terpisah, serta hilang, bahkan tewas diterjang banjir disertai tanah longsor.

Korban bencana banjir yang masih hidup hanya meninggalkan luka yang mendalam, hingga menyayat hati. Suara isak tangis, trauma, dan pingsan karena perasaan hati, seperti dipukul palu bodem yang dirasakan bagi warga penduduk yang terkena dampak banjir tersebut.

Mereka (korban-red) yang masih hidup merasa arti kehilangan, terutama rumah tempat tinggal yang rata tidak berbentuk tanpa tersisa diatas permukaan tanah.

Bencana banjir besar, dan longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat memasuki fase paling kelam. Data terbaru Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), mencatat 811 orang meninggal dunia, sementara 623 warga lainnya masih belum ditemukan dan pengungsi membludak pada hari Rabu siang, (03/12/2025).

Daerah dengan dampak terparah berada di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, dengan 143 korban jiwa. Disusul Aceh Utara dengan 112 orang. Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Selatan Sumatera Utara turut mencatat puluhan korban meninggal yang begitu banyak. (Rilis BNPB, Rabu, 03/12/2025).

Banjir besar yang datang bersamaan dengan longsor merusak permukiman di 49 kabupaten/kota di tiga provinsi tersebut. Jutaan warga terdampak, dan sebagian besar harus mengungsi, tanpa kepastian kapan dapat kembali ke rumah memulai hidup baru. (Rilis BNPB, Rabu, 03/12/2025)

Menurut BNPB, lebih dari tiga juta warga berada dalam kondisi krisis. Aceh menjadi wilayah dengan jumlah pengungsi terbanyak, mencapai 1,5 juta jiwa. Sumatera Utara menampung sekitar 538 ribu pengungsi, sementara Sumatera Barat lebih dari 100 ribu. (Rilis BNPB, Rabu 03/12/2025)

Kerusakan fisik pun meluas, lebih dari 3.600 rumah hancur berat, ribuan lainnya rusak sedang hingga ringan. Infrastruktur vital seperti sekolah, rumah ibadah, dan sejumlah jembatan ikut luluh lantak diterjang arus. (Rilis BNPB, Rabu 03/12/2025)

Berbagai wilayah, rombongan suara mesin-mesin penghancur, dan pengurai puing dan sampah terus dikerahkan untuk membuka akses yang tertutup material longsor. Tim relawan, dan SAR (Search And Rescue atau Pencarian dan Pertolongan) sebagai dewa penyelamat juga terus menyisir lumpur serta reruntuhan, demi menemukan para korban makhluk Tuhan YME yang tidak berdosa hilang tersapu banjir besar, serta tertimbun tanah longsor.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menegaskan bahwa penambahan jumlah korban jiwa ini merupakan hasil dari operasi pencarian dan pertolongan (SAR) yang dikoordinasikan oleh Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) dan tim gabungan akan terus dioptimalkan.

Dalam konferensi pers virtual yang disiarkan melalui kanal YouTube BNPB, Abdul Muhari menyatakan, jumlah korban meninggal secara total itu 914 jiwa, yang kemudian mengalami pembaruan,” katanya pada Sabtu, (06/12/2025)

Angka 914 jiwa pada hari Sabtu tersebut, menunjukkan penambahan 47 korban dari hari sebelumnya. Menanggapi situasi ini, BNPB berjanji akan terus mempercepat dan mengoptimalkan operasi SAR.

“Sehingga nanti daftar korban hilang bisa kita minimalkan sekecil mungkin,” tambahnya.

Rincian data korban tewas pada hari sabtu 06 Desember 2025 di tiap wilayah provinsi, yakni; Aceh (359 jiwa), Sumatera Utara (329 jiwa), dan Sumatera Barat (226 jiwa). Selain itu, catatan jumlah korban hilang total dari tiga provinsi mencapai 389 jiwa angka yang, menurut laporan terbaru, telah berkurang.

Jumlah pengungsi terbanyak di Aceh akibat bencana ini, telah memaksa ribuan warga mengungsi. Tiga daerah di Provinsi Aceh mencatat jumlah pengungsi tertinggi, yaitu Aceh Tamiang sebanyak 262.000 warga, Aceh Timur sebanyak 163.400 warga, dan Aceh Utara sebanyak 115.000 warga yang mengungsi, setelah banjir besar dan longsor menerjang di hari yang mencekam.

Menurut Abdul Muhari menekankan sifat dinamis dari data ini. “Tentu saja angka ini bergerak dinamis. Ada beberapa korban yang sebelumnya dilaporkan hilang, tetapi di beberapa tempat kemudian dinyatakan atau dilaporkan kembali dalam kondisi selamat,” jelasnya dengan harapan di tengah operasi penanggulangan bencana yang intensif, terukur, dan optimal.

Dia menambahkan, tentu saja kita harapkan angka ini terus turun, hingga operasi pencarian dan pertolongan bisa benar-benar meminimalkan jumlah dari korban hilang ini.

Laporan di akhir pekan hari Minggu, 07 Desember 2025, BNPB ada peningkatan signifikan jumlah korban meninggal akibat bencana banjir dan tanah longsor yang melanda tiga provinsi di Pulau Sumatera. Data mencatat total 916 jiwa meninggal dunia.

Angka ini bersumber dari pembaruan data yang dirilis melalui Geoportal Data Bencana Indonesia milik BNPB, Minggu pagi, (07/12/2025). Bencana hidrometeorologi parah ini telah melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat selama beberapa waktu terakhir.

Selain korban Meninggal, laporan BNPB juga menyebutkan bahwa sebanyak 274 jiwa masih dinyatakan hilang, dan 4.200 jiwa mengalami luka-luka. Bencana ini turut menimbulkan dampak kerusakan infrastruktur yang masif di 52 Kabupaten/Kota.

Dampak kerusakannya mencakup 105.900 unit rumah, 1.300 fasilitas umum, 199 fasilitas kesehatan, 697 fasilitas pendidikan, 420 rumah ibadah, 234 kantor, 405 jembatan.

Pemerintah pusat dan daerah telah mengaktifkan langkah tanggap darurat, namun cuaca ekstrem yang masih mengancam membuat proses penanganan terkendala. Di beberapa lokasi, distribusi logistik belum lancar.
Sementara para penyintas harus bertahan di tenda dengan persediaan terbatas.

Harapan terbaik untuk rakyat Indonesia kepada Pemerintah, agar musibah bencana bagi tiga provinsi di wilayah Sumatera segera pulih, dari segi kemanusiaan cepat teratasi, dan perekonomian kembali normal. Ibarat makanan empat sehat, lima sempurna.

Pemerintah Indonesia bergerak cepat membantu saudara – saudara kita yang masih hilang dapat diketemukan, seperti jarum yang hilang ditumpukan jerami dapat terurai satu persatu jarum tersebut.

Pemerintah agar mempersiapkan logistik yang cukup di tenda – tenda pengungsian atau penampungan, seperti orangtua menyiapkan atau menyediakan makan dan minum bagi anak – anaknya.

Pemerintah juga harus memperbaiki akses jalur infrastruktur untuk pendistribusian Logistik kembali normal, seperti orangtua memberikan bekal perlengkapan sekolah kepada anak – anaknya.

Pemerintah segera mungkin mengalokasikan tempat tinggal yang layak korban banjir dan longsor di tiga wilayah Sumatera, yakni Sumatera Barat, Sumatera Utara, Aceh untuk keberlangsungkan hidup umat manusia selanjutnya dikemudian hari.

Seperti, orang tua dalam keluarga memberikan pakaian, makan yang cukup, serta disiapkan rumah sendiri. jika mampu, agar tidak kedinginan, serta kehujanan di malam hari bagi anak-anaknya nanti.