TANGERANG, (JD) – Petani di Desa Talagasari, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang, Banten, mengeluhkan tingginya tingkat kontaminasi limbah pabrik coklat milik PT Federal Food Internusa yang berdampak terhadap hasil panen pertanian di wilayah setempat.
“Soal pencemaran air limbah coklat ini memang sudah lama terjadi. Dan ini sudah kita keluhkan ke perusahaan, tapi tidak ada tanggapan. Selama ini saya terpaksa juga memanfaatkan air limbah ini karena di musim kemarau sudah tidak ada sumber air lagi yang bisa dimanfaatkan,” ucap salah satu petani sayur, M Rohman (50) kepada wartawan, Sabtu (28/10/2023).
Menurutnya, pencemaran limbah coklat terhadap aliran irigasi pertanian itu sudah terjadi sejak beberapa tahun lalu, karena pada lima tahun lalu dirinya pun sudah merasakan dampak dari pencemaran limbah pabrik tersebut.
“Karena sejak saya garap lahan sayur ini pun sudah ada pencemaran. Apa lagi sekarang kan musim kemarau, dampak limbah itu semakin parah saja,” katanya.
Ia menyampaikan, atas adanya pencemaran limbah yang langsung berdampak pada lahan pertanian itu, juga mengakibatkan pencemaran air galian warga yang berada di dekat aliran sungai setempat.
“Memang air limbah ini kalau ke tumbuhan tidak mematikan. Tapi, kalau hasil panen atau kuakitas sayur maupun padi itu jelek. Seperti saya tanam timun itu hasilnya tidak normal, biasanya panen satu kuintal sekarang hanya 50 kilogram saja. Terus, selain ke tumbuhan air galian untuk air bersih juga jadinya terdampak jadi bau,” jelas dia.
Keluhan serupa juga disampaikan oleh Abdul Rosid (48), warga Talagasari, Cikupa. Ia menilai jika pencemaran limbah coklat tersebut telah membuat tidak nyaman warga sekitaran pabrik. Pasalnya, aliran limbah yang dibuang itu menimbulkan aroma bau dan tak sedap.
“Iya bau, apalagi kalau siang hari terus kena sinar mata hari, makin parah aja baunya sampe nyengat,” tuturnya.
Ia pun berharap kepada Pemerintah Kabupaten Tangerang dapat menindaklanjuti prihal keluhan pencemaran limbah tersebut, sehingga kedepanya warga yang tinggal di sekitar pabrik itu tidak terganggu dengan pencemaran limbah atau udara dari kegiatannya.
“Saya berharap pemerintah untuk menidak pabrik itu secepatnya. Karena kalau dibiarkan ini sangat membahayakan kesehatan kami,” kata dia.
Sementara itu, pantauan di lokasi pabrik pengelolaan coklat itu, terlihat aliran irigasi di sekitarnya dipenuhi busa dengan berwarna hitam pekat. Bahkan, dari limbah tersebut mengandung bau tak sedap hingga mengganggu pernafasan.
Kemudian, saat mencoba mengelilingi sekitar bangunan pabrik, terlihat juga adanya kandungan seperti minyak yang mengakibatkan rumput dan tumbuhan di sekitar irigasi mati.