Oleh : Darmanto
Menjelang pesta lima tahunan, pemilihan kepala Daerah Kabupaten Pandeglang tahun 2024 berbeda dengan pelaksanaan Pilkada tahun-tahun sebelumnya. Kali ini Pilkada Pandeglang dibanjiri bakal calon Bupati dan Wakil Bupati dari luar Daerah Kabupaten Pandeglang, yang sudah mulai berseliweuran (bahasa sunda artinya lalulalang), baik secara langsung orangnya maupun Balihonya. Sehingga muncul istilah Naturalisasi, dalam bahasa lainnya dikenal istilah wajah pribumi dan wajah non pribumi.
Entah motivasi apa yang mendorong mereka pribumi maupun non pribumi (Anjoran dalam bahasa Sunda kasarnya artinya pendatang), ngeubeut (keinginan dibarengi nafsu-sunda) untuk mengikuti kontestan dalam Pilkada Pandeglang. Apakah karena Kabupaten Pandeglang sangat menjanjikan bagi para pemburu Jabatan Bupati? atau karena Pandeglang punya daya tarik dengan Mega Proyek Kawasan Zona Ekonomi Exlusivnya. Yang konon katanya Pandeglang (kawasan Tanjung lesung) akan disulap menjadi Bali ke 2 yang mendapat sebutan Surganya Dunia.
Entahlah… yang jelas Pandeglang secara perlahan sudah banyak perubahan di bawah kepimimpinan Natural (Putra/Putri Asli Pandeglang) selama puluhan tahun. Lihat saja misal, sebutan nama Pandeglang sebagai kota Santri sekarang sudah berubah menjadi Pandeglang Kota Pariwisata. Jalan tol Jakarta-Pandeglang sudah mulai proses dalam pekerjaan walaupun belum selesai. Kantor MALL Pelayanan Publik sudah bertengger di samping alun-alun Pandeglang. Kantor Bupati sudah bergeser pindah tempat, Rumah Sakit Berkah dengan segala kelebihan dan Kekurangannya masih bisa bertahan.
Bagaimana dengan pembangunan jalan di Pedesaan?, Bagaimana kondisi Jalan di Kota Pandeglang?, Bagaimana Perekonomian dan Pertanian di Pedesaan?, Tentunya masyarakat yang merasakan langsung hasil perubahannya. Jelek dan bagus itu relatif tergantung siapa yang menilai.
Bagaimana dengan perkembangan dan kemajuan di OPD-OPD/Dinas-dinas Instansi Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang?, tentu penulis tidak bisa menjelaskan secara detail keadaannya karena bukan orang yang duduk di OPD atau Instansi Pemerintah dan tidak juga memiliki data outentik soal itu. Yang jelas para Kepala Dinas dan para karyawannya yang bisa merasakan dan menilainya.
Penulis hanya ingin mengajak semua masyarakat Kabupaten Pandeglang untuk bernalar secara rasional dan berdasarkan fakta. Jangan mengekang jalannya pemikiran karena sesuatu, apalagi sampai bertentangan dengan nurani sendiri, jadilah jiwa yang merdeka. Jika kita merasa puas dan baik dengan keadaan Pandeglang saat ini, itu artinya selama ini kita tidak salah memilih pemimpin Putra/Putri Daerah untuk membangun Pandeglang.
Namun sebaliknya jika Pandeglang saat ini dirasakan kurang baik, maka mari kita perbaiki bersama melalui kontestasi Pilkada yang akan datang dengan tidak lagi membicarakan Naturalisasi (Pribumi non Pribumi), selama undang-undang yang mengatur Pilkada di Negara ini tidak melarang Non Pribumi untuk ikut Kontestasi.
Menjadi sebuah kepantasan jika Pribumi yang menjadi Pemimpin dengan alasan hafal kondisi dan situasi wilayahnya. Namun jangan meninggalkan asas profesionalitas. Penulis Hakul Yakin 100 persen warga Pandeglang ingin Pandeglang lebih baik, lebih Maju, Aman, Sejahtera dan Berkeadilan.
Maka siapapun yang memiliki komitmen dan profesional membangun Pandeglang ke arah yang diinginkan semua masyarakat Pandeglang, patut kita dukung. Terlepas apakah wajah pribumi ataupun wajah non pribumi.
Pengalaman adalah guru yang terbaik. Semua calon kontestan pada Pilkada nanti sudah memiliki rekam jejak yang bisa kita lacak dan kita bedah bersama. Setidaknya rekam jejak inilah yang nantinya menjadi salah satu dasar untuk menentukan kepada siapa pilihan kita akan berlabuh, sehingga dalam memilih pimpinan tidak lagi didasari ikut-ikutan apalagi didasari transaksional belaka.
Setiap lima tahun sekali kita diberi kesempatan untuk merubah keadaan yang dijamin keabsahannya dan dilindungi oleh undang-undang yakni Pilkada. Jadikanlah Pilkada sebagai proses evaluasi dan regenerasi yang penuh makna. Hakekatnya pemimpin adalah cerminan bagi para pemilihnya, jika pemimpinnya baik berarti para pemilihnya baik, jika pemimpinnya rusak maka pemilihnyalah yang rusak.
Tidak akan lahir seorang pemimpin jika tidak ada yang memilih. Rakyatlah pemegang kekuasaan sesuai Undang-undang Dasar. Namun terkadang Kemarau lima tahun terlupakan oleh hujan satu hari. Itulah hebatnya para Politikus, bisa membuat masyarakat terlena, terbuai dengan rayuannya. Yang paling hebat bisa membuat masyarakat lupa dengan penderitaannya.
Ayo jadi pemilih yang bijak dengan melihat Rekam Jejak. Jadikan Pandeglang yang cerdas dan Bermartabat. (*)
Penulis adalah tokoh masyarakat dan tokoh pendidikan Kabupaten Pandeglang.